Makam Syekh Sulukhi
Syekh Sulukhi. Begitulah nama sebuah makam di Desa Wilangan, Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dari alun-alun kota Nganjuk makam itu berjarak kurang lebih 16 km, ke arah barat. Posisinya sendiri tidak terlalu terpencil. Posisi makamnya berada kurang labih 1 km dari Jl. Raya Madiun yang merupakan jalan provinsi. Atau, kurang labih 1 km dari kepolisian sektor (Polsek) Wilangan ke arah utara. Di Kabupaten Nganjuk, Makam Syekh Sulukhi ini merupakan salah satu tempat wisata rohani bagi peziarah.
Sebuah gapura, di seberang jalan Polsek Wilangan, yang di atasnya bertuliskan huruf Arab menandai sebuah gang menuju makam tersebut. Untuk mempermudah arus lalu lintas, gang tersebut diatur untuk satu arah, yakni ke arah utara saja. Jalan di gang itu sudah beraspal meskipun bukan aspal goreng atau aspal hot mix. Begitu mencapai hampir 1 km dari gapura maka akan bertemu dengan ujung jalan gang tersebut dan bertemu dengan dua cabang jalan, ke timur dan ke barat. Di situ juga telah ada tanda yang tertulis pada sebuah papan kayu kecil arah menuju makam Syekh Sulukhi, yakni ke arah barat.
Syekh sendiri merupakan sebutan untuk ulama besar. Seseorang yang mendapatkan gelar tersebut umumnya telah berperan besar dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam. Demikian juga dengan Syekh Sulukhi. Pada saat itu juga Syekh Sulukhi dianggap berperan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam.
Cerita tentang riwayat Syekh Sulukhi pun lebih berkembang sccara lisan. Di makam itu pula tidak ada keterangan tertulis tentang riwayat Syekh Sulukhi. Meskipun demikian, menurut informasi, seorang kamituwo setempat dapat menceritakan mengenai Syekh Sulukhi. Menurut informasi, Syekh Sulukhi merupakan salah satu utusan dari Kerajaan Demak pada masa itu. Makam Syekh Sulukhi itu sendiri terletak di pinggir sebuah sungai.
Dulu, sungai itu dimanfaatkan oleh Syekh Sulukhi untuk menghanyutkan padi yang dimasukkan ke dalam bambu menuju ke Kerajaan Demak. Saking banyaknya bambu maka tak terhitung atau tidak terbilang lagi berapa jumlah bambu tersebut. Tidak terbilang atau bahasa setempat mengatakan tidak ter-wilang maka akhirnya menjadi Wilangan, yaitu nama kecamatan tempat makam itu berada sekarang.
Posisi makam Syekh Sulukhi pun termasuk unik. Sebagaimana telah ditulis di atas bahwa makam Syekh Sulukhi terletak di pinggir sungai. Di samping itu, jika diperhatikan maka kondisi tanah di sekitar makam itu tampak perbukitan. Kemudian, Syekh Sulukhi merupakan satu-satunya makam yang ada di situ. Itu berbeda dengan sejumlah makam syekh yang biasanya terdiri atas lebih dari satu makam.
Uniknya, makam Syekh Sulukhi terletak di atas akar sebuah pohon besar. Oleh karena itu, tampak akar pohon tersebut melingkari makam tersebut. Menurut informasi, dulu sungai di dekat makam tersebut merupakan sungai besar. Saat itu, makam Syekh Sulukhi sendiri dilewati oleh sungai tersebut, tetapi tidak sampai menggerus makam. Di sekeliling makam memang tumbuh beberapa pohon besar. Di antaranya pohon asam.
Kemungkinan besar keberadaan pohon-pohon itulah yang dapat menyangga tanah di sekitar makam. Panjang maupun lebar makam seperti makam pada umumnya. Namun, nisan makam itu dibungkus dengan kain kafan. Untuk melindungi makam maupun untuk tempat ziarah, makam itu dibangunkan rumah yang separuhnya tanpa dinding. Kini, lantainya pun telah diberi keramik.
Sementara itu, di sekeliling makam kini telah dipasangi ubin dengan tanpa menebang pohon di sekitar makam. Posisi ubin sendiri berundak menyesuaikan kontur tanah di sekeliling makam yang miring. Ubin-ubin itu hanya dipasang di bagian selatan dan timur makam. Sementara di sisi barat sudah merupakan sungai dengan lebar sekitar 5 meter. Di sisi utara tidak dipasangi ubin sebab sudah merupakan jalan buntu. Namun, jarak sekitar 25 meter di sisi utara itu terdapat gasebu dengan atap seperti daun rumbia.
Di dalam makam sendiri terdapat sejumlah tulisan. Misalnya, agar memohon kepada Allah dan bukan kepada makam. Dalam konsep Islam, meminta selain kepada Allah dapat digolongkan perbuatan sirik. Hal inilah yang terkadang menuai kontroversi seputar ziarah makam.
Kemudian, makam Syekh Sulukhi itu dikelilingi oleh pagar bertembok dengan dua pintu. Satu untuk pintu masuk dan satunya lagi untuk keluar. Keduanya berada di sisi timur. Bagian barat dan utara tidak bertembok. Pada pintu masuk ini pula ditempatkan sebuah kotak amal. Di dekat pintu masuk dan keluar itu juga ada dua kursi panjang dan sebuah meja. Di sisi timur itu pula terdapat tempat parkir sepeda motor dan roda empat. Sebagian areal parkir juga telah diberi atap. Sementara itu di sisi utara parkir terdapat kamar mandi, kamar kecil, dan tempat untuk wudhu.
Satu deret dengan tempat untuk wudhu itu juga terdapat sebuah warung. Agaknya areal makam itu lebih bebas. Artinya, siapa saja bisa keluar masuk dengan mudah. Posisi makam pun memungkinkan situasi tersebut. Meskipun demikian, di timur makam telah dibangun sebuah pos atau gardu yang merupakan gerbang utama menuju areal makam. Sementara itu, di tenggara makam juga terdapat sebuah masjid.
Makam Syekh Sulukhi sendiri ramai dikunjungi peziarah, khususnya pada Jumat malam Kamis sekitar jam 20.00. Selain itu, pada Sabtu malam Minggu Pon selepas isya’ juga diadakan kegiatan macapat yang juga dihadiri banyak peziarah dari berbagai wilayah, yakni dari Nganjuk sendiri, Madiun, Kediri dan beberapa wilayah lain. Makam Syekh Sulukhi pun masih akan dikunjungi oleh peziarah.
Berdasarkan riwayat yang diceritakan oleh KH Ma'ruf, Sewulan, Madiun, Syekh Sulukhi (Shuluqi) adalah guru toriqoh dan kanoragan dari Ki Bagus Harun Basyariyah, barangkali informasi singkat ini dapat digunakan untuk data awal menyingkap misteri sejarah ini.
BalasHapus