Jejak Waliyullah di Bumi Pati
Dalam babad penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya tak lepas dari kiprah para waliyullah yg dengan keuletan kesabaran serta keikhlasan beliau, kita dapat mengenal Islam dengan benar. Walisongo adalah waliyullah yg tak asing lagi bagi kita, Selain walisongo di Indonesia jg masih terdapat waliyullah yg tak kalah gigihnya dalam penyebaran Islam.
Di kota Pati misalkan, disini juga terdapat jejak waliyullah yg tidak sedikit. Namun selama ini, Kota Pati seperti tenggelam alias terlupakan, setiap kali masyarakat muslim Indonesia melakukan rangkaian wisata spiritual (ziarah) ke makam-makam Walisongo yg ada di Demak, Kudus, dan Tuban. Padahal, di Kabupaten ini banyak terdapat makam waliyullah yg mempunyai keterkaitan erat dengan Walisongo.
MBAH MUTAMAKIN
Sehari setelah terpilih sebagai Presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) langsung meninggalkan Jakarta, untuk terbang ke Semarang. Dari Bandara A Yani, cucu Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari ini langsung bergegas ke arah timur, menuju Demak, Kudus, dan Pati. Di Bumi Pati, Gus Dur mempunyai tujuan khusus: ziarah ke makam waliyullah KH Ahmad Mutamakkin di Ds./Kec. Margoyoso. Tapi siapakah waliyullah yg akrab disapa Mbah Mutamakkin itu? Dari berbagai rujukan diketahui, Ulama besar tsb merupakan generasi ke-6 Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak.
SYEKH RONGGO KUSUMO
Sekitar 1 km sebelum lokasi makam itu, para peziarah dari Jalan Raya Pati-Tayu akan menjumpai makam waliyullah lainnya, Syekh Ronggo Kusumo, yg terletak di tepi jalan Ds. Ngemplak Kidul, Kec. Margoyoso.
SYEKH JANGKUNG DAN SYEKH MOMOK
Di Pati sebelah selatan, tepatnya di Ds. Landoh Kec. Kayen, jg terdapat makam ulama besar yg pernah bermukim di desa ini. Dialah KH Saridin, namun lebih kondang dengan sebutan Syekh Jangkung, blm jelas silsilah beliau, yg pasti beliau termasuk keturunan Sunan Gunung Jati. Kemudian siapa Syekh Momok itu? Beliau adl putra Syekh Jangkung, yg makamnya berada di sebelah Utara makam Syekh Jangkung.
Nyai Ag. Ngerang dan Ki Ag. Ngerang
Selain itu Kab. Pati jg terdapat Tapak tilas (makam) Nyai Ageng Ngerang di Ds. Ngerang Kec. Tambakromo, yg berada di selatan Kayen. Nyai Ageng Ngerang merupakan putri bungsu Raden Bondan Kejawan dari sang ayah Sunan Tembayat (Kertabumi Brawijaya). Siti Rohmah roro Kasian di peristri Ki Ag. Ngerang I putra dari Maulana Malik Ibrahim dan mempunyai dua orang Putra. Putra pertama ad seorang putri yg diperistri Ki Ag. Selo, kemudian yg ke-2 adl Ki Ag Ngerang II (Ki Ag. Pati) makamnya berada di Ngerang Pakuan Juana.
SUNANG PRAWOTO
Ada jg Tapak Tilas Mbah Sunan Prawoto, yg terletak di Ds. Prawoto, Kec. Sukolilo. Sebagian masyarakat menyebutnya makam Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono (sultan ke-3 Demak), dan kakak Ratu Kalinyamat. Berdasarkan silsilahnya, Sunan Prawoto merupakan salah seorang cucu Sunan Kalijaga. Tetapi, ada juga yang menyebutnya makam Panembahan Prawoto, salah seorang dari empat putra Sunan Prawoto, atau cicit Sunan Kalijaga. Konon sebutan mbah pada Mbah Sunan Prawoto berasal dari kata Panembahan Prawoto. Nampaknya dugaan kedua ini lebih masuk akal. Sebab Sunan Prawoto dimakamkan di belakang Masjid Agung Demak, yang diapit makam ayahnya (Sultan Trenggono) dan Pangeran Chatib.
KIE AGENG GIRING
Ki Ag. Giring adl murid Sunan Kalijaga, beliau adl salah satu keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri yg hidup pd abad XVI, dari perkawinanya dgn Nyi Talang Warih melahahirkan dua orang putra, Rara Lembayung dan Wanakusuma atau Ki Ag. Giring atau Kyai Ag. Wonomenggolo. Petilasan beliau terdapat di Ds. Sumbersoko Kec. Sukolilo Pati, dan jugaa terdapat di Ds./Kec. Palian Wonosari.
ANGKLING DARMA
Konon Prabu Angkling Darma adl keturunan ke-7 dari Raden Arjuna (Astina). Petilasan beliau ada di Ds. Mlawat Kec. Sukolilo Kab. Pati. Namun masyarakat lebih mengenal petilasan Angkling Darma berada di Bojonegoro tepatnya di Ds.Wotan ngare Kec. Kalitidu, selain itu Petilasan beliau jg terdapat di Ds. Sukakersa Kec. Cadasngampar Kab. Sumedang. Selain makam tersebut Di desa Mlawat ini jg terdapat Gua Pikulan Jalatunda konon gua ini adl tempat bertapanya Naga Raja. Menurut Tutur para Kyai yg mempunyai daya linuwih, "Angkling Darma sudahlah Islam beliau adl Hamba Allah yg bertauhid, cuma Beliau tidak bersyariat seperti kita, ikut syariatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW". begitu Tutur Beliau.
Selain itu Pati jg terdapat Tempat keramat, salah satunya "Gerbang Majapahit" yg terletak di Ds. Rondole, Kec. Margorejo. Menurut penelitian dinas terkait beberapa waktu lalu, Gerbang tsb berasal dari masa Kerajaan Majapahit. Objek ini terkait pula dengan sejarah wali, terutama Sunan Muria.
Alkisah, gerbang ini diusung secara Goib oleh Raden Kebonyabrang dari Kerajaan Majapahit menuju Gunung Muria. Perintah itu datang dari ayahnya, Sunan Muria, untuk menguji iman, mental, dan kesaktian anaknya. Bahkan, Sunan Muria meminta agar tugas itu bisa dilaksanakan hanya dalam satu malam.
Dalam babad penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya tak lepas dari kiprah para waliyullah yg dengan keuletan kesabaran serta keikhlasan beliau, kita dapat mengenal Islam dengan benar. Walisongo adalah waliyullah yg tak asing lagi bagi kita, Selain walisongo di Indonesia jg masih terdapat waliyullah yg tak kalah gigihnya dalam penyebaran Islam.
Di kota Pati misalkan, disini juga terdapat jejak waliyullah yg tidak sedikit. Namun selama ini, Kota Pati seperti tenggelam alias terlupakan, setiap kali masyarakat muslim Indonesia melakukan rangkaian wisata spiritual (ziarah) ke makam-makam Walisongo yg ada di Demak, Kudus, dan Tuban. Padahal, di Kabupaten ini banyak terdapat makam waliyullah yg mempunyai keterkaitan erat dengan Walisongo.
MBAH MUTAMAKIN
Sehari setelah terpilih sebagai Presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) langsung meninggalkan Jakarta, untuk terbang ke Semarang. Dari Bandara A Yani, cucu Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari ini langsung bergegas ke arah timur, menuju Demak, Kudus, dan Pati. Di Bumi Pati, Gus Dur mempunyai tujuan khusus: ziarah ke makam waliyullah KH Ahmad Mutamakkin di Ds./Kec. Margoyoso. Tapi siapakah waliyullah yg akrab disapa Mbah Mutamakkin itu? Dari berbagai rujukan diketahui, Ulama besar tsb merupakan generasi ke-6 Raden Patah, pendiri Kasultanan Demak.
SYEKH RONGGO KUSUMO
Sekitar 1 km sebelum lokasi makam itu, para peziarah dari Jalan Raya Pati-Tayu akan menjumpai makam waliyullah lainnya, Syekh Ronggo Kusumo, yg terletak di tepi jalan Ds. Ngemplak Kidul, Kec. Margoyoso.
SYEKH JANGKUNG DAN SYEKH MOMOK
Di Pati sebelah selatan, tepatnya di Ds. Landoh Kec. Kayen, jg terdapat makam ulama besar yg pernah bermukim di desa ini. Dialah KH Saridin, namun lebih kondang dengan sebutan Syekh Jangkung, blm jelas silsilah beliau, yg pasti beliau termasuk keturunan Sunan Gunung Jati. Kemudian siapa Syekh Momok itu? Beliau adl putra Syekh Jangkung, yg makamnya berada di sebelah Utara makam Syekh Jangkung.
Nyai Ag. Ngerang dan Ki Ag. Ngerang
Selain itu Kab. Pati jg terdapat Tapak tilas (makam) Nyai Ageng Ngerang di Ds. Ngerang Kec. Tambakromo, yg berada di selatan Kayen. Nyai Ageng Ngerang merupakan putri bungsu Raden Bondan Kejawan dari sang ayah Sunan Tembayat (Kertabumi Brawijaya). Siti Rohmah roro Kasian di peristri Ki Ag. Ngerang I putra dari Maulana Malik Ibrahim dan mempunyai dua orang Putra. Putra pertama ad seorang putri yg diperistri Ki Ag. Selo, kemudian yg ke-2 adl Ki Ag Ngerang II (Ki Ag. Pati) makamnya berada di Ngerang Pakuan Juana.
SUNANG PRAWOTO
Ada jg Tapak Tilas Mbah Sunan Prawoto, yg terletak di Ds. Prawoto, Kec. Sukolilo. Sebagian masyarakat menyebutnya makam Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono (sultan ke-3 Demak), dan kakak Ratu Kalinyamat. Berdasarkan silsilahnya, Sunan Prawoto merupakan salah seorang cucu Sunan Kalijaga. Tetapi, ada juga yang menyebutnya makam Panembahan Prawoto, salah seorang dari empat putra Sunan Prawoto, atau cicit Sunan Kalijaga. Konon sebutan mbah pada Mbah Sunan Prawoto berasal dari kata Panembahan Prawoto. Nampaknya dugaan kedua ini lebih masuk akal. Sebab Sunan Prawoto dimakamkan di belakang Masjid Agung Demak, yang diapit makam ayahnya (Sultan Trenggono) dan Pangeran Chatib.
KIE AGENG GIRING
Ki Ag. Giring adl murid Sunan Kalijaga, beliau adl salah satu keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri yg hidup pd abad XVI, dari perkawinanya dgn Nyi Talang Warih melahahirkan dua orang putra, Rara Lembayung dan Wanakusuma atau Ki Ag. Giring atau Kyai Ag. Wonomenggolo. Petilasan beliau terdapat di Ds. Sumbersoko Kec. Sukolilo Pati, dan jugaa terdapat di Ds./Kec. Palian Wonosari.
ANGKLING DARMA
Konon Prabu Angkling Darma adl keturunan ke-7 dari Raden Arjuna (Astina). Petilasan beliau ada di Ds. Mlawat Kec. Sukolilo Kab. Pati. Namun masyarakat lebih mengenal petilasan Angkling Darma berada di Bojonegoro tepatnya di Ds.Wotan ngare Kec. Kalitidu, selain itu Petilasan beliau jg terdapat di Ds. Sukakersa Kec. Cadasngampar Kab. Sumedang. Selain makam tersebut Di desa Mlawat ini jg terdapat Gua Pikulan Jalatunda konon gua ini adl tempat bertapanya Naga Raja. Menurut Tutur para Kyai yg mempunyai daya linuwih, "Angkling Darma sudahlah Islam beliau adl Hamba Allah yg bertauhid, cuma Beliau tidak bersyariat seperti kita, ikut syariatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW". begitu Tutur Beliau.
Selain itu Pati jg terdapat Tempat keramat, salah satunya "Gerbang Majapahit" yg terletak di Ds. Rondole, Kec. Margorejo. Menurut penelitian dinas terkait beberapa waktu lalu, Gerbang tsb berasal dari masa Kerajaan Majapahit. Objek ini terkait pula dengan sejarah wali, terutama Sunan Muria.
Alkisah, gerbang ini diusung secara Goib oleh Raden Kebonyabrang dari Kerajaan Majapahit menuju Gunung Muria. Perintah itu datang dari ayahnya, Sunan Muria, untuk menguji iman, mental, dan kesaktian anaknya. Bahkan, Sunan Muria meminta agar tugas itu bisa dilaksanakan hanya dalam satu malam.
0 komentar:
Posting Komentar