Sabar
Definisi sabar mungkin sudah banyak beredar di masyarakat, baik yang subyektif maupun yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Di sini saya hanya menuliskan apa yang menjadi uneg-uneg mengenai pengertian sabar. Ini adalah pendapat pribadi saya, dengan keilmuan yang dangkal, sehingga sangat mungkin untuk disangkal.
Menurutku: sabar adalah bertahan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang _seharusnya_ dilakukan, bukan berdasarkan apa yang ingin dilakukan, walaupun kondisi saat itu mempengaruhi dia untuk melakukan hal yang salah.
Kata _seharusnya_ di atas adalah variabel sekali, tergantung kebenaran yang diyakini oleh seseorang. Meskipun kata "benar" adalah relatif dan bisa mengacu pada hal yang berbeda, namun kebenaran yang diyakini, tentulah sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Beberapa pengertian yang sudah memasyarakat:
Sabar Adalah Diam
Ketika si A yang yakin tidak bersalah, dituduh dan ditampar oleh B namun A diam saja, bukan berarti A adalah orang yang sabar. Bisa jadi dia orang yang lemah.
Seharusnya A melakukan sesuatu untuk menjaga situasi tetap pada jalurnya yang benar. Jika dituduh ya harus menjelaskan, ajak untuk mendiskusikan masalah. Jika tetap mau dipukul ya menghindar, atau tangkis, atau menjauh kalau tidak berani. Yang jelas jangan diam saja.
Solusi pada contoh di atas mungkin idealis sekali, karena kondisi di kenyataan bisa berbeda. Namun intinya adalah jangan sampai menyalahartikan kata sabar dengan lemah. Proses di lapangan bisa bervariasi untuk mewujudkannya.
Kebalikannya, ketika dituduh kemudian A ganti memukuli B karena menuduh sembarangan, jelas itu juga bukan tindakan sabar, karena menurutkan hawa nafsu, bukan berdasarkan kebenaran yang diyakini.
Contoh lain:
Saat petani mengetahui tanamannya diserbu hama, maka tindakan sabarnya adalah dengan menyemprot hama tersebut dengan obat antihama, bukan berdiam diri.
Sabarnya murid adalah dengan telaten mengikuti setiap matapelajaran yang diajarkan kepadanya, suka maupun tidak, karena itu adalah konsekwensi dari pendidikan yang dijalaninya.
Sabarnya pegawai adalah menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya dengan penuh tanggung jawab.
Dan lain sebagainya.
Kembali ke definisi utama: sabar adalah bertahan melakukan yang seharusnya dilakukan.
Sabar Ada Batasnya
Sabar adalah melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, sehingga hal tersebut hendaknya tidak dihentikan. Jadi, sabar itu tidak ada batasnya.
Jika ada batasnya, maka ketika batas itu telah tiba, kita akhirnya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Jelas hal tersebut adalah salah.
Sabar Selalu Dikaitkan Dengan Musibah
Penggunaan kata sabar biasanya dihubungkan dengan sesuatu yang menyedihkan, berat untuk diterima, dan lain sebagainya.
Padahal tindakan "bertahan melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan" tidak boleh dihentikan. Harus selalu dilakukan.
Saat mendapatkan harta berlimpah, ketika tidak sabar, besar kemungkinan harta tersebut tidak dipergunakan secara tepat dan terarah sehingga memiliki manfaat lebih, bukan sekedar dihamburkan.
Ketika terpilih menjadi kepala desa, jarang sekali (atau tidak ada?) orang yang memberikan ucapan "yang sabar ya". Padahal pesan itu sangat penting. Jangan sampai menjadi kepala desa kemudian terpengaruhi untuk melakukan sesuatu, yang mungkin saja benar menurut aturan, tapi tidak dibernarkan secara etika.
Kesimpulannya, bersabarlah selalu.
Definisi sabar mungkin sudah banyak beredar di masyarakat, baik yang subyektif maupun yang sudah menjadi kesepakatan bersama. Di sini saya hanya menuliskan apa yang menjadi uneg-uneg mengenai pengertian sabar. Ini adalah pendapat pribadi saya, dengan keilmuan yang dangkal, sehingga sangat mungkin untuk disangkal.
Menurutku: sabar adalah bertahan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang _seharusnya_ dilakukan, bukan berdasarkan apa yang ingin dilakukan, walaupun kondisi saat itu mempengaruhi dia untuk melakukan hal yang salah.
Kata _seharusnya_ di atas adalah variabel sekali, tergantung kebenaran yang diyakini oleh seseorang. Meskipun kata "benar" adalah relatif dan bisa mengacu pada hal yang berbeda, namun kebenaran yang diyakini, tentulah sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Beberapa pengertian yang sudah memasyarakat:
Sabar Adalah Diam
Ketika si A yang yakin tidak bersalah, dituduh dan ditampar oleh B namun A diam saja, bukan berarti A adalah orang yang sabar. Bisa jadi dia orang yang lemah.
Seharusnya A melakukan sesuatu untuk menjaga situasi tetap pada jalurnya yang benar. Jika dituduh ya harus menjelaskan, ajak untuk mendiskusikan masalah. Jika tetap mau dipukul ya menghindar, atau tangkis, atau menjauh kalau tidak berani. Yang jelas jangan diam saja.
Solusi pada contoh di atas mungkin idealis sekali, karena kondisi di kenyataan bisa berbeda. Namun intinya adalah jangan sampai menyalahartikan kata sabar dengan lemah. Proses di lapangan bisa bervariasi untuk mewujudkannya.
Kebalikannya, ketika dituduh kemudian A ganti memukuli B karena menuduh sembarangan, jelas itu juga bukan tindakan sabar, karena menurutkan hawa nafsu, bukan berdasarkan kebenaran yang diyakini.
Contoh lain:
Saat petani mengetahui tanamannya diserbu hama, maka tindakan sabarnya adalah dengan menyemprot hama tersebut dengan obat antihama, bukan berdiam diri.
Sabarnya murid adalah dengan telaten mengikuti setiap matapelajaran yang diajarkan kepadanya, suka maupun tidak, karena itu adalah konsekwensi dari pendidikan yang dijalaninya.
Sabarnya pegawai adalah menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya dengan penuh tanggung jawab.
Dan lain sebagainya.
Kembali ke definisi utama: sabar adalah bertahan melakukan yang seharusnya dilakukan.
Sabar Ada Batasnya
Sabar adalah melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, sehingga hal tersebut hendaknya tidak dihentikan. Jadi, sabar itu tidak ada batasnya.
Jika ada batasnya, maka ketika batas itu telah tiba, kita akhirnya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Jelas hal tersebut adalah salah.
Sabar Selalu Dikaitkan Dengan Musibah
Penggunaan kata sabar biasanya dihubungkan dengan sesuatu yang menyedihkan, berat untuk diterima, dan lain sebagainya.
Padahal tindakan "bertahan melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan" tidak boleh dihentikan. Harus selalu dilakukan.
Saat mendapatkan harta berlimpah, ketika tidak sabar, besar kemungkinan harta tersebut tidak dipergunakan secara tepat dan terarah sehingga memiliki manfaat lebih, bukan sekedar dihamburkan.
Ketika terpilih menjadi kepala desa, jarang sekali (atau tidak ada?) orang yang memberikan ucapan "yang sabar ya". Padahal pesan itu sangat penting. Jangan sampai menjadi kepala desa kemudian terpengaruhi untuk melakukan sesuatu, yang mungkin saja benar menurut aturan, tapi tidak dibernarkan secara etika.
Kesimpulannya, bersabarlah selalu.
0 komentar:
Posting Komentar