ASSALAMU`ALAIKUM DI BLOG KAMI "BOLO MANAKIB" GONDANG-NGANJUK SEMOGA DAPAT DIAMBIL HIKMAHNYA, BERMANFAAT DAN MEMBAWA BERKAH. AMIIN...

Jumat, 30 Maret 2012

Eyang Tegopati atau sering disebut juga mbah Inggris, atau Ki Demang Tegopati. Beliau merupakan prajurit pinilih Sultan Mataram kala itu yang lari menyelamatkan diri dari kejaran tentara belanda karena tidak ingin terlibat pergolakan dengan sesama bangsa mataram. Pasalnya, kala itu politik yang diterapkan bangsa penjajah dengan politik mengadu domba (Devide At Impera).
Mbah Tegopati bersama dua rekannya yaitu mbah Singokerti, mbah Singo Wongso lari dari kerajaan Mataram dan memilih tempat di salah satu kampung yang saat ini dikenal dengan Desa Ngasem.
Mereka bertiga senantiasa didambakan masyarakat karena kearifan, keteladanan, yang senantiasa mementingkan hidup rukun dan bersama-sama tidak menyukai dengan tindakan kejam tentara Belanda, yang banyak menindas dan memeras rakyat tidak pernah marasa kenyang.
Masa telah berubah seiring perkembangan jaman. Tiga serangkai ini mendengar informasi kalau tentara Belanda akan menyerang perkampungannya. Mbah Inggris bersama dau rekannya yakni mbah Singo Wongso serta mbah Singo Kerti mengadakan pesta besar-besaran dengan menyembelih kerbau yang duperuntukan bagi tentara yang akan perkampungannya.
Dalam pesta tersebut banyak hadir tentara dan pembesar Belanda yang ikut hadir dan menikmati hidangan yang disajikan. Karena kelalaian dari tentara belanda dimanfaatkan oleh mbah Tegopati untuk melucuti senjata dan meringkus dan membunuhnya sehingga semua dari pihak belanda banyak jatuh korban. Karena pesta ini ditempatkan di bawah pohon asem yang besar serta banyaknya tentara belanda yang meninggal maka oleh masyarakat desa ini dikenal dengan?” DESA NGASEM”.
Kejadian yang banyak merugikan belanda ini ternyata oleh Pemerintah Belanda atas keberanian mbah Tegopati meringkus dan membunuh tentara belanda. Untuk selanjutnya tentara Belanda memerintahkan untuk memanggil mbah Tegopati untuk manghadap, namun ini tidak digubris karena akan menghantarkan kematian yang konyol.
Pencarian terus dilakukan oleh tentara Belanda dan ditanyakan pada setiap orang yang lewat maupun yang dijumpai dimana persembunyian Eyang Tegopati, hingga bertahun-tahun Belanda gak mampu menemukan namun nasip sial menimpa dua rekannya yang tidak mampu menghindar dari serangan Belanda akhirnya mbah Singo Kerti dan mbah Singo Wongso mereka meninggal dibunuh Belanda sebagai pahlawan kusuma bangsa....
Untuk mbah Singo Kerti dimakamkan di tanah Doro-doro, sementara mbah Singo Wongso dimakamkan dipemakaman umum Desa Ngasem.
Selesai kejadian tersebut mbah Inggris atau Eyang Tegopati bersama beberapa orang pengikutnya hijrah menuju timur, namun perjalanan menuju timur juga terhalang oleh sungai yang banyak keongnya/gondang maka daerah tersebut sampai sekarang disebut dengan Desa Gondang Wetan. Namun perjalanan tetap dilanjutkan namun dijumpai banyak pengikutnya yang kelelahan dan pontang-panting dikejar oleh Belanda akhirnya salah satu dari pengikutnya Eyang Tegopati ada yang berkata ? “ Mlaku mbok sing ati-ati mengko mundak kepleset”. Hal ini sampai sekarang diabadikan dengan nama Dusun di Desa Jatikalen dengan Sebutan Dusun Pleset.
Namun kejaran dari Belanda tidak menyurutkan semangat untuk tetap menghindar karena tidak seimbang antara kekuatan lawan dengan pengikutnya hingga ke perbatasan tepi/sungai Brantas di Desa Dawuhan,karena sudah tidak dikejar-kejar lagi oleh Belanda Baru Pengikutnya diminta untuk beristirahat.
Karena terkesan akan keberanian Eyang Tegopati menentang penjajah Belanda masyarakat Desa Ngasem memintanya untuk menjadi Demang memimpin Desa Ngasem dan dipimpinlah Desa Ngasem hingga masyarakatnya dapat hidup tentram sampai dia meninggal dan dimakamkan di tengah perkampungan Desa Ngasem yang saat ini letaknya ada disebelah selatan Jalan Raya.
Masyarakat tetap mendo’akan kepada ketiga pemimpin yang telah berani mengusir penjajah dengan mengadakan do’a bersama dan selamatan setiap satu tahun sekali di tiga tempat yakni di pemakaman Mbah Singo Kerti, Mbah Singo Wongso, dan Eyang Tego Pati. Semua masyarakat menyakini jangan sampai berbuat atau melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh hukum adat, agama seperti mencuri/mengambil punya orang lain, brbohong.
Sedangkan tempat disemayamkannya Mbah Singo Kerti biasa disebut masyarakat setempat dengan istilah Doro-doro berada disebelah selatan Desa Ngasem.
Menurut penuturan Sidri (63) dan Ngaisah (74) karena sampai saat ini banyak dijumpai manakala ada orang dituduh mencuri kalau tidak mencuri bersumpah dengan memakan tanah dipemakaman Eyang TegoPati sesuai dengan janji yang diucapkan akan tumus dengan sendirinya kalau memang dia berbuat. Tapi berlaku sebaliknya kalau memang tidak berbuat jelas Tuhan Yang Maha Esa juga meridhoi keselamatannya.
Masyarakat setempat enggan menyebutkan namanya menuturkan kalau dimakam Singo Wongso yang ada dipemakaman umum ada patung yang serupa denag manusia, namun patung tersebut diambil oleh orang mengakibatkan orang tersebut sering mengalami musibah sakit, namun setelah dikembalikan patung tersebutbisa sehat kembali hingga sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

About