ASSALAMU`ALAIKUM DI BLOG KAMI "BOLO MANAKIB" GONDANG-NGANJUK SEMOGA DAPAT DIAMBIL HIKMAHNYA, BERMANFAAT DAN MEMBAWA BERKAH. AMIIN...

Kamis, 12 Februari 2015

IPPNU GONDANG : SUNAN GESENG

Posted by Unknown On 19.25 | No comments
Sunan Geseng yang bernama asli Eyang Cokrojoyo adalah murid Sunan Kalijaga. Ia adalah keturunan Imam Jafar ash-Shadiq dengan nasab: Sunan Geseng bin Husain bin al- Wahdi bin Hasan bin Askar bin Muhammad bin Husein bin Askib bin Mohammad Wahid bin Hasan bin Asir bin 'Al bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin al- Madani bin al-Husain bin al-Imam Ali k.w. Eyang Cokrojoyo berasal dari Bagelen, Purworejo, beliau pada awalnya merupakn seorang pengambil getah nira (gula jawa dari pohon aren). Ketika itu saat Eyang Cokrojoyo sedang bekerja sambil menyanyikan gending jowo (lagu - lagu jawa) ketika sedang mengambil getah nira , beliau bertemu dengan Sunan Kalijaga. Pada pertemuan pertama itu Eyang Cokrojoyo belum mengetahui bahwa orang yang dia temui tersebut merupakan Sunan Kalijaga. Kemudian Sunan Kalijaga memberitahu Eyang Cokrojoyo untuk mengganti gending jowo yang di nyanyikan Eyang Cokrojoyo diganti menjadi sholawatan. Eyang Cokrojoyo mau melakukan saran yang diberikan oleh Sunan Kalijaga itu meskipun dirinya belum mengetahui bahwa nama dari orang tersebut adalah Sunan Kalijaga. Sehingga mulai dari saat itu Eyang Cokrojoyo ketika sedang mengambil getah nira selalu melakukan sholawatan dan tidak lagi menyanyikan gending jowo seperti yang beliau lakukan sebelum - sebelumnya. Kemudian beberapa hari setelah nya saat Eyang Cokrojoyo hendak mengambil bumbung (tabung dari bambu) yang sudah beliau tempatkan diatas pohon aren seperti biasa sebagai wadah tetesan getah nira yang akan dipanen Eyang Cokrojoyo. Ketika itu Eyang Cokrojoyo setelah mengganti bumbung yang sudah penuh getah nira itu dengan bumbung yang baru kemudian Eyang Cokrojoyo turun dari pohon aren tersebut, saat beliau sampai di bawah pohon tiba - tiba bumbung yang baru saja Eyang Cokrojoyo pasang menetes yang menandakan bahwa bumbung nya tersebut sudah penuh kembali dengan getah nira. Saat Eyang Cokrojoyo memeriksa keatas, Eyang Cokrojoyo menyadari bahwa getah nira pohon aren tersebut menetes terus menerus dengan deras nya. Pada akhir nya Eyang Cokrojoyo membuat talang dari pohon bambu untuk mengalirkan getah nira tersebut dialirkan ke rumah Eyang Cokrojoyo. Getah aren yang mengalir tidak berhenti, sehingga membuat Eyang Cokrojoyo kewalahan. Ada cerita yang mengatakan bahwa getah nira yang mengalir tanpa henti ke rumah Eyang Cokrojoyo itu berubah menjadi emas. Kemudian Eyang Cokrojoyo memutuskan untuk mencari orang yang memberi nya sholawatan itu, ketika itu Eyang Cokrojoyo belum mengetahui nama Sunan Kalijaga. Setelah 17 tahun melakukan pencarian, akhir nya Eyang Cokrojoyo menemukan Sunan Kalijaga. Beliau menemukan Sunan Kalijaga di tengah hutan, tanpa buang - buang waktu, Eyang Cokrojoyo meminta pada Sunan Kalijaga supaya dapat menerimanya sebagai seorang murid. Sunan Kalijaga mau menerima Eyang Cokrojoyo sebagai murid, namun Eyang Cokrojoyo harus memenuhi syarat yang diajukan oleh Sunan Kalijaga yaitu Eyang Cokrojoyo harus menjaga tongkat Sunan Kalijaga yang ditancapkan ke tanah. Kemudia Eyang Cokrojoyo menyanggupi nya dan beliau menjaga tongkat tersebut ketika Sunan Kalijaga pergi. Setelah 17 tahun Sunan Kalijaga pergi setelah memerintahkan Eyang Cokrojoyo menjaga tongkat nya, beliau baru ingat sehingga beliau segera mencari Eyang Cokrojoyo di dalam hutan tempat beliau meninggalkan Eyang Cokrojoyo. Ketika Sunan Kalijaga memanggil - manggil Eyang Cokrojoyo di dalam huatan dan tidak terdengar sahutan, Sunan Kalijaga kemudian membakar hutan tersebut sehingga akhir nya terlihat Eyang Cokrojoyo yang badan tertutup abu hutan tersebut. Ajaibnya badan Eyang Cokrojoyo tidak mengalami luka bakar sama sekali. Berdasarkan kejadian tersebut maka Eyang Cokrojoyo dikenal sebagai Sunan Geseng. Setelah itu Eyang Cokrojoyo diajak oleh Sunan Kalijaga ke Masjid Demak, disana beliau semakin mendalami ilmu agama dengan dipandu oleh Sunan Kalijaga. Setelah beberapa waktu berselang Eyang Cokrojoyo memutuskan untuk tinggal menetap di Kleteran. Beliau berteman dengan Eyang Wonotirto. Eyang Cokrojoyo sempat berpesan kepada Eyang Wonotirto bahwa jika Eyang Cokrojoyo meninggal, beliau ingin Eyang Wonotirto memakamkan dirinya di desa tempat tinggal Eyang Wonotirto. Menurut cerita didalam usaha pemindahan jenazah Eyang Cokrojoyo dari Kleteran ke Desa Tirto, Eyang Wonotirto menjelma menjadi seekor kucing kemundian jenazah dari Eyang Cokrojoyo menjadi seekor tikus putih sehingga pemindahan tersebut tidak dicurigai dan tidak diketahui oleh orang - orang. Sedangkan makam istri dari Eyang Cokrojoyo tetap berada di Kleteran.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

About