ADA MAKAM SEPANJANG 7M DI
ALAS PURWO BANYUWANGI
Panjang makam tentu menyesuaikan tinggi
badan (panjang) jasad penghuninya. Nah, di
tepian hutan Taman Nasional Alas Purwo
(TNAP), Desa Kalipahit Kecamatan Tegaldelimo,
Banyuwangi, ada makam unik yang memiliki
panjang sekitar 7 meter.
Komplek makam unik ini berdiri di atas lahan
seluas seperempat hektar. Banyak orang
menyebut makam itu sebagai makam Eyang
Suryo Bujo Negoro alias Mbah Dowo. Eyang
Suryo konon seorang misionaris agama Islam
sebelum masa para Wali Songo.
"Beliau siar Islam di kawasan sini, sebelum Wali
Songo," kisah Juru Kunci Makam Mbah Dowo,
Asmat (50).
Asal usul Eyang Suryo Bujo Negoro sendiri tidak
diketahui secara pasti. Dibatu nisan juga tidak
tertulis tanggal atau tahun kapan Mbah Dowo
wafat. Konon peziarah dapat mengetahui
sejarah Mbah Dowo dengan cara kontak batin.
"Harus dipanggil secara spritual dulu," tambah
Asmat.
Panjang makam yang tak lazim tersebut
mengundang rasa penasaran. Benarkah Mbah
Dowo semasa hidupnya setinggi 7 meter? Atau
jangan-jangan makam tersebut hanya sebuah
simbol saja? Atau ada alasan logis lainnya?
Asmat saat ditanya mengaku tidak tahu secara
pasti. Dia menjelaskan, saat ditemukan
bentuknya memang menyerupai makam lengkap
dengan batu nisan terbuat dari batu. Di bagian
kaki tumbuh pohon jarak setinggi 3 meter.
Pria berkulit gelap itu menduga, makam tersebut
mungkin sebuah petilasan (tempat singgah
tokoh zaman dulu). Namun ada pula yang
percaya itu memang makam sungguhan.
Seiring berjalannya waktu, makam Mbah Dowo
mengalami pemugaran. Karena dari hari ke hari
makam misterius tersebut ramai dikunjungi
peziarah. Uniknya lagi, peziarah yang datang
bukan hanya dari umat Islam. Melainkan umat
Hindu juga.
"Yang paling ramai hari Kamis Manis atau bulan
Suro," urai Pria asal Desa Genteng Kulon,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi ini.
Peziarah yang datang biasanya hanya berdoa di
makam. Atau lelaku ritual dengan cara
mengambil air dari sumur dan diwadahi di botol
atau gelas. Air tersebut biasanya dibawa pulang
peziarah karena dipercaya mujarab bagi
ketenangan jiwa.
Sejauh ini juru kunci makam Mbah Dowo
beberapa kali bongkar pasang. Sebelum Asmat,
ada beberapa juru kunci yang pernah mengabdi.
Namun mereka sudah "purna tugas" atau minta
digantikan karena tidak kuat tinggal di hutan.
"Saya hampir 4 tahun mengabdi," bangganya.
Saat ini di Timur makam berdiri balai cukup luas
dan tinggi. Balai ini berfungsi sebagai tempat
istirahat peziarah. Persis di Timurnya lagi berdiri
rumah bilik bambu yang dihuni oleh Asmat, juru
kunci makam Mbah Dowo.
Selain itu komplek makam Mbah Dowo juga
sudah dilengkapi dua kamar mandi untuk MCK.
Namun lokasi wisata spritual tersebut belum
dilengkapi aliran listrik. Hanya lampu minyak
yang menjadi satu-satunya penerangan di
malam hari.
Detik.com
Minggu, 30 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar