ASSALAMU`ALAIKUM DI BLOG KAMI "BOLO MANAKIB" GONDANG-NGANJUK SEMOGA DAPAT DIAMBIL HIKMAHNYA, BERMANFAAT DAN MEMBAWA BERKAH. AMIIN...

Kamis, 05 Mei 2011

Abah Yasir { Pengasuh Jamaah Bolo Manakib }

Para ulama dan syaikh memuji dan mengagungkannya serta sangat menjaga sopan santun ketika berada di majlisnya.
Murid Syaikh Abdul Qadir tidak terhitung banyaknya, mereka adalah orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat. Tidak seorangpun dari mereka yang meninggal dunia kecuali dalam keadaan bertobat dan 7 generasi dari murid pertamanya masuk surga.
Syaikh Ali Ghartsani meriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qadir berkata, “Aku bertanya kepada malaikat penjaga neraka,’ Apakah ada sahabatku (murid) di dalam neraka ?’. Tidak seorangpun, ’ jawab sang malaikat. Demi keagungan Allah, hubunganku dengan para muridku bagaikan langit dan bumi. Jika para muridku tidak bagus, maka aku bagus. Demi keagungan Allah, aku tidak akan mengangkat kakiku dari hadapan Allah di hari kiyamat, hingga dia memasukkan aku dan para muridku ke surga”.


“Bagaimana pendapatmu tentang orang yang menyebut namamu namun tidak mengambil bai’at darimu. Apakah dia termasuk muridmu ?” Tanya seseorang kepada beliau. Beliau ,menjawab, “Siapapun yang menyebut namaku atau menisbatkan sesuatu kepadaku maka Allah akan mengkatagorikannya sebagai muridku, walaupun penyebutan dan penisbatan tersebut dilakukan dengan kebencian”.


“Orang Muslim yang lewat di depan pintu madrasahku akan diringankan Allah Azab hari akhir”, demikian yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir. Kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau dan berkata, “Tuanku, tadi malam aku bertemu dengan ayahku yang sudah meninggal dalam mimpi dan ia berkata kepadaku bahwa dia di azab di dalam kuburnya. Dia memintaku untuk menemui anda dan memintakan do’a untuknya”.


“Pernahkah ayahmu lewat di depan pintu madrasahku ?” Tanya sang Syiakh.


“pernah” jawabnya.


Beberapa hari kemudian , pria tersebut kembali menghadap sang Syaikh dan berkata,”Tuanku, tadi malam aku bermimpi bertemu dengan ayahku. Kali ini ia tertawa, memakai pakaian berwarna hijau dan berkata kepadaku, ‘Azab kuburku telah diangkat berkat berkah Syaikh Abdul Qadir. Karena itu hendaknya engkau selalu mengikutinya “. Mendengar penuturan tersebut Syaikh Abdul Qadir berkata ,” Allah telah memberikan janjinya kepadaku untuk meringankan azab setiap muuslim yang lewat di depan pintu madrasahku”.


Dalam suatu riwayat, beliau ra mendengar suara teriakan dari dalam sebuah kubur di pekuburan Bab Al-Azaj. Beliau berkata kepada si mayit , “Apakah engkau pernah berbai’at kepadaku.”tidak” jawabnya. “Apakah engkau pernah menjadi makmumku ?”Tanya beliau. “Tidak” jawabnya. Beliau berkata “orang-orang yang berlebih-lebihan memang pantas mendapatkan kerugian “. Setelah itu beliau menundukkan kepalanya sejanak lalu dengan pancaran karisma yang luar biasa beliau mengangkat kepala seraya berkata, “Malaikat as. Berkata kepadaku bahawa dia melihat wajahmu dan berbaik sangka kepadamu dan dengan berkahmu , Allah merahmatinya”. Setelah itu beliau tidak lagi mendengar pekikan dari kubur tersebut.


Syaikh Abu Najib Abdul Qahir As-Sahrawardi bercerita bahwa pada setiap malam selalu terdengar suara dengungan seperti dengungan lebah dari Syaikh Hammad Ad-Dabbas. Peristiwa tersebut diadukan oleh salah seorang muridnya kepada Syaikh Abdul Qadir dan meminta beliau untuk menanyakan hal tersebut kepada Syaikh Hammad (saat beliau masih berguru kepada Syaikh Hammad, tahun 508 H). Ketika Syaikh Abdul Qadir menanyakan hal tersebut kepada Syaikh Hammad, beliau menjawab “Aku memiliku 12.000 murid dan setiap malam aku menyebut nama mereka satu persatu. Aku memohonkan kepada Allah hajat mereka dan agar mereka tidak melaksanakan maksiyat yang direncanakannya serta karena takutnya lalu bertobat kepada Allah”.


Mendengar jawaban itu Syaikh Abdul Qadir berkata, “Andai saja Allah menganugerahkan kepadaku kedudukan di sisiNya aku akan meminta Allah bersumpah agar semua muridku hingga hari kiyamat meninggal dalam keadaan bertobat dengan aku sebagai jaminan mereka”. Syaikh Hammad berkata,”Aku bersaksi bahwa Allah memberikan apa yang dia minta dan membentangkan bayang ke-Agungan-Nya kepada mereka semua”.


Syaikh Abdullah Al-Jaba’I meriwayatkan salah seorang murid Syaikh Abdul Qadir yang bernama Umar Al Halawi pergi selama bertahun-tahun. Ketika pulang beliau menanyakan kemana kepergiannya selama ini. Umar Al-Halawi berkata kepada Syaikh Abdullah Ad-Dabbas, Aku mengelilingi Mesir hngga Maghrib dan aku berjumpa dengan 360 Wali Allah, mereka semua berkata “Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani adalah Syaikh dan pemimpin kami”.


Abu Najjar pada Bab pertama kitab Tarikhnya menyatakan bahwa dia pernah membeca dalam tarikh karangan Abi Suja’ Adz-Dzahabi per-tahun 526 H. dinyatakan bahwa pada saat itu tembok Baghdad mulai dibangun dan tidak ada seorangpun orang alim yang tidak turut serta dalam pembangunan tersebut beserta jama’ahnya. Suatu waktu Adz-Dzahabi melihat seorang wakil Bab Al-Azj, murid Syaikh Abdul Qadir, membawa batu di kepalanya sambil menaiki sapi. Menurut saya (penulis) kisah ini menggambarkan Syaikh Abdul Qadir menduduki posisi tertinggi di Baghdad pada saat itu.


Suatu ketika Syaikh Abdul Qadir menghadap Syaikh Hammad Ad-Dabbas lalu kemudian pergi. Sepeninggalnya, Syaikh Hammad berkata,”Pada waktunya nanti, kaki orang asing ini (Syaikh Abdul Qadir) akan berada di punggung setiap Wali dan dia akan diperintah oleh Allah untuk mengatakan ‘kedua kakiku ini ada di punggung setiap wali’” dan hal tersebut benar-benar terjadi pada waktunya.


Syaikh Hammad Ad-Dabbas bercerita tentang Syaikh Abdul QAdir saat beliau masih menjadi pemuda. Beliau berkata, “Aku melihat ada 2 alam di atas kepalanya, mulai dari alam bawah sampai alam malakut. Aku juga mendengar ada derapan langkah di langit yang mengikutinya”.


Syaikh Mahmud An-Na’al meriwayatkan bahwa ayahnya bercerita,”Saat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani muda datang kepada Syaikh Hammad Ad-Dabbas, aku sedang berada di sana. Syaikh Hammad bangkit dari duduknya dan berkata, “Selamt datang wahai gunung kokoh dan tinggi” lalu mendudukkan Syaikh Abdul Qadir di sisinya. Kemudian beliau bertanya kepada Syaikh Abdul Qadir ,’apa perbedaan antara hadis dan kalam’. ‘hadits’ jaawab beliau ‘keluar sebagi jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan kepadamu. Sedangkan kalam bersumber dari keinginan yang kuat dalam hati untuk menyampaikan sesuatu’.


Mendengar jawaban tersebut Syaikh Hammad berkata, “engkaulah Sayyid Al-Arifiin (pemimpin golongan arif) masamu. Panji-panjimu akan berkibar dari timur ke barat, punggung orang-orang masamu akan membungkuk di hadapanmu, derajatmu akan ditinggikan dan para sahabatmu’.


Abu Najib AS-Suhrawardi meriwayatkan bahwa beliau sedang bersama Syaikh Hammad Ad-Dabbas ketika Syaikh Abdul Qadir mengatakan perkataan yang luar biasa. Hal ini terjadi pada tahun 523 H. mendengar ucapan tersebut Syaikh Hammad berkata kepada beliau “Abdul Qadir, engkau telah berbicara, tidakkah engkau takut Allah akan menurunkan makarNya kepadamu.”


Syaikh Abdul Qadir menjawab pertanyaan tersebut dengan meletakkan telapak tangannya ke dada Syaikh Hammad dan berkata “lihat apa yang tertulis di telapak tanganku dengan mata hati anda”. Setelah hening sejenak Syaikh Abdul Qadir mengangkat telapak tangannya dan Syaikh Hammad berkata,”Aku baca di telapak tangannya bahwa dia telah mengambil 70 janji Allah dan salah satunya adalah dia (Syaikh Abdul Qadir) tidak (dijaga) dari melakukan makar terhadap Allah. Teruskan, hal tersebut adalah kemurahan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah maha Pemurah”.


Syaikh Abu Su’ud Abdullah, Muhammad Al-Awwani dan Umar AL-Bazzaz bersaksi bahwa dengan menjadikan dirinya sebagai jaminan Syaikh Abdul Qadir menyatakan semua muridnya meninggal dalam keadaan bertobat dan 7 generasi murid beliaiu dijamun masuk surga. Berkenaan dengan hal ini berliau berkata, “Aku yang menanggung muridku dan muridnya muridku hingga 7 generasi. Jika ada diantara muuridku yang akan dibukakan auratnya dan kami berada di ujung jarak yang terpisah dia yang di timur dan aku yang di barat, maka aku akan menutupi auratnya. Allah telah memerintahkan kepadaku unutk tidak menampakkan kesedihan di depan para sahabat. Aku adalah keberuntungan bagi mereka yang pernah melihatku dan aku juga adalah kerugian yang tidak pernah melihatku “’


Syaikh Ali Al-Qurasyi meriiwayatkan bahawa Syaikh Abdul Qadir pernah berkata, “Diberikan kepadaku sebuah catatan berisi nama para sahabat dan nama para muridku hingga hari kiyamat emudian ada suara yang berkata kepadaku,’Aku berikan mereka kepadamu ;”.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

Blogger templates

About