TEORI PRODUKSI ULAMA
Saat ngaji dalam haul masyayikh di Pesantren Al Fatimiyah Bahrul Ulum Tambakberas, asuhan Rois Syuriah PCNU Jombang, KH Abdul Nashir Fattah, Kamis (9/2/2017), KH Qoyyum Mansur Lasem Jateng menjelaskan teori produksi ulama. ’’Dalam pandangan tasawuf, ada sejumlah teori memproduksi ulama,’’ tuturnya.
PERTAMA, TEORI TEMPAT. ’’Tempat kelahiran mempengaruhi karakter seseorang,’’ kata Gus Qoyyum. Beliau lalu mencontohkan Hakim bin Hizam dan Sayyidina Ali yang lahir di dalam Kakbah. Hakim menjadi dermawan hingga rela menjual kantornya untuk disedekahkan. Sayyidina Ali menjadi ahli ilmu. Nabi Muhammad SAW sampai berkata, aku gudangnya ilmu dan Ali pintunya. ’’Jadi kalau akan melahirkan, cari tempat yang baik. Misalnya rumah sakit Islam. Bisa RSNU atau RS Muhammadiyah. Atau cari keluarga dan lingkungan yang baik,’’ sarannya.
KEDUA, TEORI KELUARGA. Di Quran, ada 26 kali penyebutan keluarga dengan kata ali, ala, alu. Keluarga Nabi Ibrahim dua kali. Keluarga Nabi Luth empat kali. Firaun paling banyak 14 kali. ’’Siapapun, bisa punya jiwa Fir’aun. Penguasa maupun ulama juga bisa punya jiwa Fir’aun,’’ tuturnya. Ilmuwan Jepang sepakat bahwa ketika anak usia empat bulan dalam kandungan diperdengarkan musik, bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. ’’Kalau ingin anak jadi penyanyi, sejak empat bulan dikandungan perdengarkan lagu-lagu. Kalau ingin anak pintar ngaji, perdengarkan bacaan Quran,’’ sarannya. Beberapa tahun lalu saat ngaji Alhikam Senin malam, saya sempat mendengar KH Djamaludin Ahmad, menyarankan agar suami minimal baca QS Yasin tiga kali dan fatihah 40 kali setiap hari, selama istri hamil.
KETIGA, TEORI SEKS. Ada wali yang buta bernama Ali Alkhowas. ’’Semua ilmunya laduni,’’ tuturnya. Ali Alkhowas menuturkan, siapa yang dibayangkan sebelum, selama dan setelah berhubungan seks, akan mempengaruhi anak. Sebab ada energi yang mengalir dari pikiran, kedalam jiwa, lalu ke anak. ’’Kalau yang dipikirkan ulama, jadinya ulama. Kalau yang dipikirkan penyanyi, ya jadi penyanyi,’’ ucapnya disambut ger-geran jamaah.
Beliau lantas menceritakan kandungan QS Ali Imron 37-39. Nabi Zakariya sangat mengagumi Maryam. Karena setiap kali mendatangi kamar Maryam di masjid, selalu ada makanan dari Allah. Nabi Zakariya lalu berdoa minta anak. Kemudian diberi anak Nabi Yahya. ’’ Nabi Yahya ini ada kesamaan dengan Maryam. Sama-sama tidak menikah,’’ paparnya.
Gus Qoyyum menambahkan, apa yang kita cintai, apa yang kita pikirkan, energinya akan menyalur dalam diri kita. ’’Kalau kita cinta Rosulullah, maka Allah akan mentransfer energi sehingga karakter kita mirip Rosulullah,’’ bebernya.
Beliau lalu mencontohkan Napoleon Bonaparte, pemimpin Perancis. Setiap ketemu wanita tua, dia selalu berhenti menghormat. Itu dia lakukan karena setiap melihat wanita tua, dia teringat ibunya. ’’Dia pun jadi pemimpin yang karakternya baik seperti ibu.’’
Di Mesir, pernah ada wanita di penjara. Penguasa menghendaki dia cepat mati. Keluarganya dilarang membawa makanan saat membesuk. Lama sekali wanita ini tidak mati. Penjaga lalu mengintip wanita itu saat ketemu anaknya yang tiap hari membesuk. Diluar dugaan, anak perempuan itu ternyata menyusui ibunya. ’’Ibu menyusui anak. Sekarang anak membalas menyusui ibu,’’ tuturnya.
Loh, kalau begitu sang ibu jadi anak persusuan? Saat ngaji di Masjid Alun-Alun Jombang Jumat (10/2/2017), KH Mustain Syafiie menuturkan bahwa yang bisa jadi saudara persusuan itu kalau yang disusui dibawah usia dua tahun. Suami ora mungkin dadi anake istri.
Kembali ke Gus Qoyyum. ’’Melihat kasih sayang anak ke ibu yang seperti itu, energi kasih sayangnya lalu menular kepada si penjaga. Menular kepada si penguasa. Sehingga ikut kasihan dan akhirnya disuruh membebaskan,’’ urai Gus Qoyyum.
Ini persis yang dikatakan KH Chusein Ilyas. Kalau ingin Jombang bebas narkoba, perbanyak salawatan. Energi salawatan akan mengikis narkoba.
Ini seperti yang diceritakan KH Idris Jamal, saat kuliah wada IAIBAFA (19/11/2016). Kala ada santri jagoan yang ingin membubarkan kemaksiatan di kampung, Mbah Maimun Zubair, justru melarang. Santri itu malah disuruh bangun musala dan ngulang ngaji. Energi salat dan ngaji akan mengikis kemaksiatan.
KEEMPAT, TEORI TRANSFER. Gus Qoyyum cerita, ada ulama bernama Sakdudin Attaftahzani. Beliau belajar puluhan tahun tapi tetap bodoh. Sampai suatu hari, ada orang datang kepadanya memberitahu bahwa dia ditunggu Rosulullah. Dia lalu datang dan disuruh membuka mulut lalu diludahi Rosulullah. Sejak itu, dia menjadi ulama brilian. ’’Ada kesunahan, kita sowan ulama membawa kurma lalu minta ulama tersebut memamahnya. Kemudian kurma pamahan tersebut diberikan pada anak kita,’’ paparnya.
Waktu kecil, saya sering makan sesuatu yang dipamahkan oleh bapak saya. Bisa jadi, gus-gus itu jadi ulama karena kecilnya sering makan dari makanan yang dipamah bapaknya yang seorang kiai.
Tokoh Muhammadiyah KH Muchid Jaelani sempat cerita, saat mondok di Tebuireng, mulutnya pernah diludahi Gus Kholiq, pengasuh Pesantren Tebuireng yang dikenal sakti. Sejak itu, beliau bisa membaca sendiri kitab-kitab kuning meskipun yang belum diajarkan..
Jumat, 10 Februari 2017
Teori Mendidik Anak
Posted by Unknown
On 19.38
| No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar