Setelah membuka Muktamar I
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Surabaya,
sekitar 17.30 WIB, Minggu (23/7), Presiden KH
Abdurrahman Wahid ziarah ke makam Syeh
Damanhuri di Batu Ampar, Kabupaten
Pamekasan. Selain Presiden dan Ibu Negara Ny
Sinta Nuriyah, sejumlah menteri tampak hadir.
Mereka, antara lain, Menkop Dr H Zarkazih Nur
dan Menhutbun Dr Nurmahmudi Ismail, M.Sc,
serta Gubernur Jatim H Imam Oetomo, Kapolda
Jatim Mayjen Pol Drs Da'i Bachtiar, S.H., dan
Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sudi Silalahi.
Begitu Presiden dan Ibu Negara memasuki
lokasi ziarah, mereka langsung menuju makam
Syeh Damanhuri, untuk membaca tahlil dan
berdoa bersama sekitar setengah jam. Setelah
itu, dia menuju kediaman putera Syeh
Damanhuri, KH Romli Damanhuri. Selama satu
jam, Gus Dur menjelaskan kepada undangan
soal kedatangannya ke makam Syeh Damanhuri
tersebut.
Menurut Gus Dur, ia datang ke "Batu Ampar"
setelah dibisiki oleh seorang auliya'illah dari
Aceh, Abu Ulailah. Padahal, di Madura ada tiga
tempat makam auliya'illah, yaitu makam KH
Kholil di Demangan Bangkalan, makam "Batu
Ampar" Pamekasan, dan makam Sayyid Yusuf
di Pulau Talangu Sumenep. "Beliau meminta
saya ke sini, untuk mencari barokah agar
keutuhan Indonesia terjamin," katanya. Gus
Dur menceritakan, malam Jum'at yang lalu, ia
diperintah oleh salah seorang auliya'illah, KH
Abdullah Siddiq dari Kediri untuk menghadap
Sunan Kalijogo di Kadilangu berdua saja. Tidak
boleh ada orang lain yang ikut masuk ke
makam. Saat itu, kata Gus Dur, ia mendengar
ada suara dari dalam kuburan. Gus Dur
mengaku, baru pertama kali ini dalam seumur
hidupnya mengalami nasib berbicara dengan
orang yang sudah tidak ada.
Kata beliau (Sunan Kalijogo, Red) "Cucuku
Abdurrahman, kamu percaya atau tidak kepada
Abdullah Siddiq yang membawa kamu itu
adalah minal auliya'illah,". "Kamu jangan
khawatir menghadapi apapun, karena kammim
fiatin kholiilatin gholabats fiatan khatsirotam
biidznillaah. Biidznillaah ini yang penting.
Pegangan kamu selanjutnya, setiap hari yang
harus dibaca yaa ayyuhalladzina 'amanu kulu
kawwamuna bil kisti syuhada 'alannas walau
ala amfusikum," kata Sunan Kalijogo kepada
Gus Dur. Setelah itu, Gus Dur disuruh oleh
Sunan Kalijogo ziarah ke makam KH Hasyim
Asy'ari di Tebu Ireng Jombang malam itu juga.
Ia disuruh meminta surban pemberian Wali
Songo kepada neneknya dulu, saat menjaga
Indonesia sewaktu NU didirikan. "Saat di
Kadilangu beliau (Sunan Kalijogo, Red)
mengatakan, kalau kamu dapat yang sifatnya
fisik (surban), ya sudah. Tapi kalau tidak, kamu
bisa mengambil yang simbolik di rumah
Abdullah Siddiq di Kediri," paparnya.
Setelah sesampainya di Tebu Ireng, kata Gus
Dur, ternyata bisikan itu benar. Sebab di sana,
sorban tersebut tidak ada. Sebagai fidyah
(tebusan, Red), akhirnya Gus Dur meminta
adiknya Abdul Hakam bin Khaliq Hasyim untuk
membaca surat Al Kahfi di makam KH Hasyim
Asy'ari. Menurut cerita Gus Dur, beberapa
waktu yang lalu, adiknya Khodijah binti Abdul
Wahid ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari dan
membaca surat Al Kahfi. Selesai membaca, dia
ketiduran. Dalam mimpinya, muncul KH Hasyim
Asy'ari dan mengatakan "Alhamdulilah, sejak
saya mati sampai sekarang, baru ada anak
cucu saya yang membacakan surat Al Kahfi di
sini," kata Gus Dur.
"Saya sendiri waktu mendengar hal itu
menangis. Karena saking seringnya kita
membaca tahlil, tapi tidak diikuti dengan
membaca surat Al Kahfi. Ini peringatan keras
dari beliau, bahwa kita harus berhati-hati
dengan segala sikap kita," lanjut Gus Dur.
Dalam mimpi itu, KH Hasyim Asy'ari
mengatakan, dia akan berada di surga dengan
semua anak cucunya, kecuali satu orang. "Saya
menangis mendengar cerita itu," tambah Gus
Dur lagi. Pada suatu ketika, Gus Dur dipanggil
oleh KH Abdullah Siddiq. Dia menanyakan apa
keinginan Gus Dur. Gus Dur mengaku cuma
ingin satu, yaitu agar KH Hasyim Asy'ari bisa
berkumpul dengan semua putranya di surga,
tidak pandang bulu. Mendengar permintaan itu,
KH Abdullah Siddiq masuk ke dalam untuk
shalat. Setelah itu ia mengatakan, Insya-Allah
permintaan itu bisa terpenuhi bila Gus Dur
ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari di Tebu
Ireng, tanpa mampir-mampir. Saat itu, Gus Dur
mengaku diberi air agar di siram di atas makam
KH Hasyim Asy'ari.
Setelah dibacakan surat Al Kahfi, dan air
tersebut di siram di atas makam KH Hasyim
Asy'ari. Pendamping Gus Dur, H Masnuh,
mengatakan kepada Gus Dur kalau ia melihat
KH Hasyim Asy'ari berdiri di samping Gus Dur
sambil tanganannya memegangi pundak Gus
Dur. "Dia mengatakan kalau KH Hasyim Asy'ari
melihat kanan kiri dengan senyum-senyum
gembira. Saat itu, sorbannya baru, gamisnya
baru, sandalnya baru, sarungnya baru,
sajadahnya baru, dan tasbihnya baru," kata
Gus Dur menutup pidatonya. Sebelum
meninggalkan makam "Batu Ampar", Gus Dur
menerima kenang-kenangan berupa keris
pusaka KH Damanhuri yang disampaikan oleh
putranya KH Romli Damanhuri. "Mudah-
mudahan dengan kedatangan saya ke tempat
ini, bisa mendapatkan berkah dan ridlo Allah
untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar