KH. Ahmad Muzakki Syah
(Pimpinan Pondok Pesantren Al Qodiri, Jember, Jawa Timur)
BAROKAH DAN MANFAAT MANAKIB
Dalam kesehariannya, kehidupan Kyai Ahmad Muzakki Syah sangat bersahaja. Dia tidak pernah menonjolkan dirinya dalam situasi apapun.
Lahir pada 8 September 1948 di Desa Kedawung, Kel. Gebang, Kec Patrang. Kab Jember, Jawa Timur. KH. Ahmad Muzakki Syah adalah putra KH Ahmad Shaha, penghulu asal Bondowoso dan Hj. Siti Fatimah Zahroh asal Jember.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya, Muzakki muda sempat mengenyam perguruan tinggi di IAIN Sunan Ampel, hingga 2 semester. Selanjutnya, dia menimba ilmu secara non formal di beberapa pesantren di wilayah Jawa Timur.
Selama bertahun-tahun, Muzakki muda di tempa sejumlah kyai dari satu pesantren ke pesantren lain. Dalam usia 26 tahun, berbekal ilmu yang dimiliki, Muzakki bersama sahabatnya Ahmad Jaelani, membangun pondok pesantren bernama Al Qodiri, yang berdiri pada 6 Juni 1974. Hingga saat ini terdapat sekitar 2065 santri (Putra dan Putri).
Yang menarik, di pesantren Al Qodiri dikembangkan tradisi Zikir Manakib (riwayat Syekh Abdul Qodir Jaelani-AQJ). Menurut KH Taufiqurrahman, putra sulung Kyai Muzakki, Zikir Manaqib yang dikembangkan ayahnya bukanlah membacakan biografi AQJ, melainkan dengan membaca zikir atau amalan tertentu. Jamaah juga diajak untuk bertawassul dan mencintai Syekh AQJ, sambil mengharapkan berkah dan karomahnya, juga mengharapkan syafaat Rasullullah SAW, memohon ridho dan izin Allah SWT.
“Jamaah diajak berzikir bersama. Setelah itu berdoa menurut kebutuhannya masing-masing,” kata KH. Taufiqurrahman menjelaskan. “Semuanya dipimpin langsung Kyai Muzakki.”
Dalam setiap acara manaqib, jamaah membawa botol berisi air. Usai berdoa, jamaah meniup ke dalam botol masing-masing. Dengan keyakinan penuh, air dalam botol tersebut akan mendapatkan kekuatan dari Allah SWT melalui barokah dan karomahnya Syekh AQJ.
Zikir Manakib di Ponpes Al Qodiri biasanya dilakukan setiap malam jum’at legi. Namun, Zikir Munakib di luar pesantren hampir setiap hari dilakukan di tempat berbeda. Contohnya di Cibitung, Bekasi, Zikir Manakib biasa dilakukan hari minggu malam hari. Dipimpin KH. Junaidi Al Baghdadi.
Jamaah yang mengikuti Zikir Manaqib, demikian KH Taufiq melanjutkan, awalnya datang dengan berbagai alasan. Ada yang diajak teman, berkunjung karena didorong perasaan ingin tahu, atau datang karena ada kebutuhan pribadi yang mendesak.
Beragam masalah yang membuat seseorang mengikuti zikir ini antara lain, karena menderita penyakit menahun, terjerat hutang, pengangguran, problem keluarga, dll. Ada juga yang datang dengan tujuan khusus untuk beribadah dan ingin lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kyai Muzakki sendiri tidak membedakan status atau problematika yang di hadapi jamaah. Secara bersama-sama jamaah diajak berzikir dan berdoa. Problem yang dihadapi tentunya tidak selesai dengan sendirinya, melainkan melalui proses. Ada yang butuh waktu 3 hari hingga 1 bulan, masalah yang di hadapi dapat teratasi. Namun tidak sedikit pula yang membutuhkan waktu lebih lama (bisa mencapai setahun, hingga harus mondok di pesantren). Semuanya tergantung keyakinan jamaah itu sendiri, dan tentunya takdir dan kuasa Allah SWT.
KAROMAH SANG KYAI LANTARAN MANAKIB
Penulis merangkum beberapa kejadian supranatural yang pernah terjadi. Kisah-kisah karomah yang meliputi Kyai Muzakki.
Suatu malam, jamaah Manakib dari Situbondo terganggu perjalanannya. Truknya mogok kehabisan solar. Kebetulan Kyai Muzakki melewati jalan itu. Dia menghampiri sopir truk sambil memberikan sebotol air. Kyai menyuruh supir truk menuangkan air ke dalam tangki solar. Meski dengan perasaan masygul, supir truk melakukan perintah kyai. Ajaib, mesin hidup kembali dengan bahan bakar air, perjalanan pun dilanjutkan.
Pernah juga terjadi, saat Kyai Muzakki makan bersama keluarga. Tiba-tiba melihat bayangan sahabatnya, Nasihin, persis di sebelah kiri dekat ruang makan. Saat itu Nasihin mengendarai mobil dan nyaris serempetan dan melaju ke arah tembok pagar rumah.
Kyai Muzakki saat itu sedang makan siang, terkejut melihat bayangan seperti melihat televisi itu. Refleks tangan kirinya bergerak menghentikan mobil Nasihin agar jangan menabrak tembok tadi.
Sore harinya Kyai Muzakki kedatangan tamu yang mengabarkan mobil Nasihin nyaris menabrak tembok pembatas jalan, tapi beruntung selamat. Mendengar cerita itu, Kyai Muzakki terkejut. Ceritanya persis sama dengan yang dilihatnya saat makan siang.
Dilain waktu, Kyai Muzakki sedang naik mobil menuju suatu desa untuk mengisi pengajian. Antara sadar dan tidak, atap mobil terbuka hingga ia bisa melihat langit malam. Kemudian ada makhluk seperti manusia tetapi bertubuh tinggi besar. Kemudian terdengar suara, “siapa ahli (terbiasa membaca) surat Al Ikhlas, maka ia akan selamat.”
Suara itu sangat jelas terdengar. Tapi Kyai tidak paham maksud perkataan itu. Bisa jadi orang yang membiasakan membaca surat Al Ikhlas akan selamat, atau orang-orang berjiwa ikhlas (muslim) yang akan selamat.
Suatu kejadian aneh juga terjadi tahun 2004, di Desa Besuki, Kabupaten Situbondo. Ketika itu seorang wanita jamaah Manakib melahirkan. Namun malang tak dapat ditolak, bayi yang dilahirkan meninggal dunia.
Melihat kenyataan itu, keluarga sepakat untuk tidak memberitahukan kepada ibu yang malang itu. Mereka khawatir, ibunya akan shock dan malah dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Rupanya, sang ibu melihat sesuatu yang tidak beres. Itulah sebabnya dia bertanya seputar anak yang baru dilahirkan itu. Karena keluarga sudah sepakat untuk tidak memberitahukannya, maka dibiarkannya ibu itu menangis. Sementara itu, segala macam keperluan pemakaman disiapkan. Jenazah sudah dimandikan dan segera dikafani.
Tetapi ibu itu terus menangis. Dia sudah merasakan anaknya meninggal, itulah sebabnya dia memohon dapat melihat jenazah anaknya, meski hanya sebentar.
“Mana anakku?…. saya mau gendong sebentar saja. Saya mau lihat wajahnya,”kata ibu itu sambil menangis. Pihak keluarga merasa iba, lalu jasad bayi itupun dibawa kepada ibunya. Serta merta, sang ibu mendekap jasad anaknya.
Sambil menangis, sang ibu berkata, “ Ya Allah, andaikan saja Engkau memberikan kehidupan kepada anak ini, saya akan mengajaknya mengikuti Zikir Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani.”
Subhanallah! Tiba-tiba saja mayat bayi itu bergerak dan menangis. Seketika para pelayat yang memenuhi rumah bertakbir memuji kebesaran Tuhan. Sekarang bayi tersebut sudah berusia 4 tahun dan dalam keadaan sehat.
Masih di Situbondo, tepatnya di Desa Jemberan. Di desa itu tidak ada sumber air. Untuk mendapatkan air, penduduk biasanya mengambil terlebih dahulu ke sumber mata air yang berjarak 2 km.
Suatu ketika, Kyai Muzakki hendak mengisi pengajian di desa tersebut. Saat hendak mengambil air wudhu, dia tidak mendapatkannya. Kebetulan pula tuan rumah sedang tidak ada persediaan air.
Kyai lalu meminta diambilkan air dalam kendi berisi sekitar 1 liter. Dengan air kendi tersebut, kyai menggunakannya untuk berwudhu. Beberapa waktu kemudian, tumpahan air bekas wudhu itu menjadi mata air. Kemudian penduduk setempat menggalinya untuk dibuatkan sebuah sumur. Sumur itu diberi nama sumur Barokah.
Pernah juga terjadi, seorang petani yang bersedih karena sapi miliknya mati. Padahal petani tersebut merawat hewan itu sejak kecil dan hanya hewan peliharaan itulah yang dimilikinya. Maklumlah, dia hanya seorang petani miskin.
Petani itu biasa mengikuti Zikir Manakib bersama anak dan istrinya. Saat itu, kebetulan istrinya masih menyimpan sebotol air barokah. Maka dengan perasaan penuh keyakinan, petani itu menyiramkan air barokah ke bangkai sapi. Sebagian ada juga yang dituangkan kedalam mulut hewan naas itu. Atas kekuasaan Allah Yang Maha Besar, sapi itu hidup lagi.
Secara kebetulan, penulis juga mengalami kejadian aneh sepulang dari Jember, penulis bermaksud mengunjungi Kyai Zumri Fadlil di Ponpes Hidayatul Mubtadiin di Ambarawa, Jawa Tengah. Di sana ada imtihan, acara rutin pesantren menjelang libur puasa.
Penulis turun di dekat terminal Terboyo, Semarang . Lalu menuju ke sebuah ATM bermaksud mengambil uang. Rupanya ATM milik penulis sobek dan ditolak mesin ATM. Dicoba berulang kali tetap tidak berhasil. Penulis gagal mengambil uang. Sementara persediaan uang saku tinggal sedikit. Padahal perjalanan masih akan dilanjutkan pula ke Cirebon dan Jakarta .
Antara perasaan harap-harap cemas, penulis naik angkot ke arah Simpang Lima. Di dalam angkot, penulis melantunkan Zikir Manakib sekaligus berwasilah kepada Rasulullah SAW, Syekh Abdul Qadir Jaelani, Kyai Muzakki, Kyai Zumri Fadlil dan Kyai Junaidi Al Baghdadi.
Tiba di pertokoan Alfa, jalan Raden Patah, Semarang, penulis melihat ATM. Sambil terus berdoa memohon kepada Allah SWT, penulis mencoba sekali lagi menggunakan kartu ATM sobek tersebut. Alhamdullilah, penulis berhasil mendapatkan sejumlah uang. Perjalanan pun dilanjutkan ke Ambarawa.
Demikian sebagian peristiwa yang tergolong supranatural tersebut. Peristiwa itu hanya merupakan bagian dari proses untuk lebih memantapkan diri dan menambah keyakinan diri dalam beribadah, khususnya dalam mengamalkan Zikir Manakib Syekh Abdul Qadir Jaelani.
\
0 komentar:
Posting Komentar