ASSALAMU`ALAIKUM DI BLOG KAMI "BOLO MANAKIB" GONDANG-NGANJUK SEMOGA DAPAT DIAMBIL HIKMAHNYA, BERMANFAAT DAN MEMBAWA BERKAH. AMIIN...

Minggu, 24 Juni 2012

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH. M. Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia. KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut vonis dokter, istri kiai tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH. Maksum divonis menderita kanker dan harus segera dioperasi. Sang Kiai akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiai Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiai Maksum menjadi manusia dengan izin Allah. Dan ternyata, baru saja istri kiai Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiai Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut. Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus. Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs.
Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kiai Jured. Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya. Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar di sekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada di depan madrasah dan menyuruh Kiai itu untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah. Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai.” Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa. Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis. Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah 'diisi', yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang. Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya. Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa. Baiklah....” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air. Subhanallah… Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu. Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa ." Selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita.” Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah… Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan ke langit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh di hadapan Kiai dan Beliau. Setelah kejadian itu, Kiai menangis di pangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya. Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, bangun dari tidur sudah berada di mesjid. Subhanallah…

MOCH. YASIR : ABAH ANOM

Posted by Unknown On 22.01 | No comments
Karomah Abah Anom Suryalaya 5 - Menolong Muridnya (akhwat) yang Akan Diperkosa dari Jarak Jauh. Abdul telah tiada. Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau berkepanjangan. Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa di sana. Wangi bunga akan tercium manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang 'tertidur' di dalam sana? Inilah kisahnya…. Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat, Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan. Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya. Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya, di saat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri……….. Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat. Lalu, ia menemui salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan bertaubat. Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiai yang menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari latinnya. Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang lurus. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi Tawajuh.
Tersebutlah seorang kiai bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut melarang Kiai Tohir untuk menemui seorang kiayi besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya. Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiai Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren di kotanya. Apalagi, setelah di-talqin dzikir (pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru dipesantrennya. Ketika kiai Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang. Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu!" Dalam bahasa Indonesia : “Jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu." Kiai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom). Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiai Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi. Selanjutnya, Kiai Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang diizinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.

Inilah Salah Satu Karomah Abah Anom

Posted by Unknown On 21.53 | No comments
Ulama kharismatis asal Tasikmalaya, KH Shohibulwafa Tajul Arifin alias Abah Anom dikenal memiliki karomah layaknya wali. Kisah karomah Abah Anom tersebut dituturkan KH M Abdul Gaous Saefulloh atau Ajengan Gaos salah satu pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat. Suatu ketika, Abah Anom didatangi KH Maksum yang memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut vonis dokter, istri kiai tersebut bukanlah kehamilan normal yang melainkan kanker yang harus dibuang. Kiai Maksum meminta doa Abah Anom agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Lalu Abah Anom mendoakan agar kanker tersebut menjadi janin hidup. “Heug, sing jadi jelema (mudah-mudahan biar menjadi manusia, red)”, ujar Abah Anom dengan suara teduh. Setelah pertemuan itu, istri Kiai Maksum merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, lalu memeriksakan diri ke dokter. Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan istri Kiai Maksum sebab janin mati itu atas izin Allah SWT berubah menjadi janin hidup. Setelah sembilan bulan mengandung, janin itu lahir menjadi seorang bayi laki-laki yang diberi nama Sufi Firdaus. Idos panggilan anak itu, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Abah Anom. Abah Anom meninggal dunia pada usia 96 tahun, Senin (5/9/2011) sekitar pukul 11.30 WIB atau bertepatan dengan hari jadi Pesantren Suryalaya 5 September 1905.

Kisah Petani yang Wali Allah

Posted by Unknown On 21.49 | No comments
Kisah Petani yang Wali Allah KabarIndonesia - Kisah wali Allah kali ini adalah seorang petani salih dari negeri Syiria. Pada Zaman Al-Faqh Al-Muthahhar Muhammad bin Al-sham terjadi sebuah kisah yang aneh dan menakjubkan tepatnya di daerah Al-Humrah negeri Syiria. Di sana tinggal seorang petani yang shalih dan suka berderma. Ia membangun sebuah masjid. Bila malam tiba ia senantiasa pergi ke masjidnya untuk sholat dan selalu membawa lampu dan berbekal santap malam. Jika Allah mentaqdirkan ada orang yang membutuhkan sedekah, ia berikan bekal santap malamnya. Jika tidak ada, ia makan sendiri, baru kemudian melakukan sholat. Setiap hari demikian berlangsung terus. Pada suatu saat Allah takdirkan di daerah ini terjadi krisis air. Banyak sumur yang kering, termasuk sumur miliknya. Petani itu dibantu oleh anak-anaknya bermaksud memperdalam sumurnya agar memperoleh air. Ketika ia sedang berada di dalam sumur tiba-tiba bibir sumur ambrol, sebongkah bibir sumur jatuh dan menguburnya. Anak-anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melakukan penggalian mencari jasad ayahnya yang tertimbun, karena resikonya adalah nyawa mereka sendiri. Mereka pasrah, dan menjadikan disitulah kuburan ayahnya. Enam tahun kemudian… Anak-anaknya sedang memperbaiki sumur tersebut. Ketika penggalian sampai di bagian bawah, antara percaya dan tidak, mereka mendapati ayahnya masih hidup. Berceritalah ayahnya, “Di dalam sumur itu ternyata ada goa, ketika dulu jatuh aku masuk ke dalam goa itu, aku tidak terkubur karena sebatang kayu mendahului jatuh di depan mulut goa sehingga menghalangi bongkahan–bongkahan bibir sumur yang ambruk. Di dalam goa amat gelap, beberapa saat kemudian Allah memberi pertolongan berupa munculnya sebuah lampu dan makanan yang biasa aku bawa ke masjid setiap malam, sehingga aku bisa bertahan hidup selama enam tahun”. Tersiarlah peristiwa ini dan menjadi pelajaran yang berharga dan ramai diperbincangkan oleh manusia di pasar-pasar negeri Syiria. Imam Muhammad bin Ali Asy-Syakani dalam Kitab Al-Badru Ath-Tholi’ (I/492) dalam biografi Ali bin Muhammad Al-Bakri berkata, “Penulis Kitab Mathla’ Al-Budur”. Di antara orang yang pernah mengunjungi Petani tersebut ialah Muhammad bin Al-Asham.

GONDANGKULON GONDANG NGANJUK

Posted by Unknown On 21.45 | No comments
Sabar Dalam Ujian [Kisah Wali Allah; Abu Qilabah al-Jarmiy, w 104 H/722 M] Beliau bernama Abdullah ibn Zaid ibn Amr al-Jarmiy, salah seorang terkemuka ahli ibadah dan sangat zuhud di antara penduduk Basrah Irak. Beliau seorang yang sangat alim dalam masalah peradilan dan hukum-hukum syari’at. Di saat hidup banyak orang berharap kepadanya untuk memangku jabatan hakim, namun ternyata beliau justru kabur dari Basrah ke wilayah Syam (sekarang Siria), menetap di sana hingga beliau meninggal. Beliau termasuk salah seorang perawi hadits yang sangat dipercaya, wafat tahun 104 H pada masa pemerintahan Yazid ibn Abdul Malik. Ibn Hibban dalam kitab ats-Tsiqat meriwayatkan tentang siapa Ibn Abi Qilabah dengan sanadnya dari al-Auza’i, dari Abdullah ibn Muhammad, berkata: “Saya (Abdullah) adalah seorang yang dijadikan pengawas di wilayah perbatasan Mesir. Suatu hari aku keluar rumah ke daerah pesisir pantai untuk memeriksa wilayah tersebut. Hingga ketika aku sampai di suatu tempat lapangan luas berpasir aku mendapati sebuah kemah, di dalamnya seorang laki-laki yang telah lumpuh, kedua kaki dan tangannya tidak lagi dapat digerakkan, penglihatan telah buta, dan pendengarannya sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Bahkan seluruh anggota badanya sudah tidak ada yang dapat ia pergunakan, kecuali hanya lidahnya saja yang ia pergunakan untuk berkata-kata. Dalam keadaan seperti itu dari mulut orang tersebut aku mendengar kata-kata dzikir, ia mengucapkan: اللّهُمّ أوْزِعْنِيْ أنْ أحْمَدَكَ حَمْدًا أكَافِئُ بهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الّتِيْ أنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ وَفَضَّلْتَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمّنْ خَلَقْتَ تَفْضِيْلاً “Ya Allah jadikanlah aku seorang yang selalu memuji-Mu dengan pujian yang dapat menjadikannya sebagai syukurku atas nikmat-Mu yang telah engkau karuniakan kepadaku, dan atas nikmat-Mu bahwa Engkau telah menjadikanku memiliki keutamaan lebih di atas kebanyakan orang-orang yang telah Engkau ciptakan”. Al-Awza’i berkata: Abdullah berkata: “Demi Allah saya akan mendatangi orang itu, dan pasti akan saya tanyakan kepadanya dari manakah ia mendapatkan kalimat-kalimat dzikir tersebut, apakah ia yang ia ucapkannya tersebut? Apakah hanya pemahaman belaka, ataukah memang ia seorang yang berilmu, ataukah mungkin ia telah mendapatkan ilham?”. Kemudian aku mendatangi orang tersebut. Setelah mengucapkan salam, aku berkata kepadanya: “Aku mendengarmu berkata: “Ya Allah jadikanlah aku seorang yang selalu memuji-Mu dengan pujian yang dapat menjadikannya sebagai syukurku atas nikmat-Mu yang telah engkau karuniakan kepadaku, dan atas nikmat-Mu bahwa Engkau telah menjadikanku memiliki keutamaan lebih di atas kebanyakan orang-orang yang telah Engkau ciptakan”, Lalu apakah nikmat Allah yang telah engkau raih hingga engkau mengucapkan kata-kata tersebut? Serta apakah keutamaan yang telah engkau raih dari-Nya hingga engkau patut mensyukurinya?” Ia menjawab: “Apakah engkau melihat apa yang telah dikehendaki oleh Allah terhadap diriku ini? Demi Allah seandainya Dia mengirimkan api dari langit untuk membakar diriku, atau memerintahkan gunung-gunung menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan lautan untuk menenggelamkanku, atau memerintahkan bumi untuk menelan ragaku, tidak akan menembahkan semua itu pada diriku kecuali aku akan bertambah syukur kepada-Nya atas nikmat lidah yang telah ia karuniakan kepada diriku. Hanya saja kerena kebetulan engkau mendatangiku maka aku memiliki permintaan dari dirimu, seperti yang engkau lihat sendiri keadaanku ini, aku sudah tidak dapat berbuat suatu apapun bagi diriku sendiri, sebelumnya aku memiliki seorang anak yang selalu menemuiku di waktu shalatku, dialah yang me-wudlu-kan saya, jika aku lapat dialah yang memberikan makanan kepadaku, jika aku haus dialah yang memberikan minum kepadaku, sudah semenjak tiga hari ini aku kehilanan dia, maka jika engkau sudi carilah putraku tersebut, -semoga rahmat Allah tercurah bagi dirimu?”. Aku berkata: “Demi Allah, tidak ada seorang yang menunaikan kebutuhan saudaranya yang lebih besar pahalanya dari pada apa bila ada orang yang menunaikan kebutuhan orang seperti dirimu ini, aku pasti akan mencarikannya bagi dirimu”. Kemudian aku mencari anak orang tersebut. Dan belum lagi aku terlalu jauh dari kemahnya hingga aku sampai ke suatu tempat di antara dua bukit pasir, aku mendapati anak yang dimaksud telah meninggal karena dimangsa binatang buas dan telah memakan daging tubuhnya. Dalam hatiku yang dipenuhi kegundahan aku berkata: “Apakah aku memiliki kekuatan menghadap kembali kepada orang di dalam kemah tersebut dan menceritakan prihal putranya ini?”. Ketika aku mulai melangkahkan kaki menuju kemah tiba-tiba terlintas dalam hatiku tentang kisah Nabi Ayyub yang serta-merta hal itu menguatkan langkahku. Setelah sampai di kemah, aku mengucapkan salam kepada orang tersebut, lalu ia menjawab salamku. Ia berkata: “Bukankah engkau temanku tadi?” Aku menjawab: “benar”. Ia berkata: “Apa yang telah engkau lakukan terhadap apa yang telah aku pintakan kepadamu?”. Aku balik bertanya kepadanya: “Menurutmu manakah yang lebih mulia bagi Allah, apakah dirimu ataukah Nabi Ayyub?”. “Tentu Nabi Ayyub”. “Bukankah engkau telah mengetahui ujian apa yang telah ditimpakan oleh Allah kepada Nabi Ayyub? Bukankah Nabi Ayyub telah diuji oleh-Nya dengan dibinasakan seluruh hartanya, serta dimatikan seluruh keluarga dan keturunannya?” “Benar”. “Bagaimana sikap Nabi Ayyub terhadap Allah dalam menghadapi ujian tersebut?” “Beliau tetap dalam keadaan sabar, tetap bersyukur kepada-Nya dan terus memuji-Nya”. “Bukankah engkau juga tahu bahwa ujian Allah tehadap Nabi Ayyub tidak sampai di situ, bahkan seluruh kerabat dan orang-orang yang mencintainya menjadi merasa asing terhadap dirinya hingga mereka menjauhinya?” Ia berkata: “Benar”. “Lalu Bagaimana sikap Nabi Ayyub terhadap Allah dalam menghadapi ujian tersebut?” “Beliau tetap dalam keadaan sabar, tetap bersyukur kepada-Nya dan terus memuji-Nya”. “Bukankah engkau juga tahu bahwa ujian Allah tehadap Nabi Ayyub tidak sampai di situ, Allah telah berkehendak untuk menjadikan setiap orang yang bertemu dengannya akan mencaci-makinya dan menghinakannya?” “Benar”. “Lalu Bagaimana sikap Nabi Ayyub terhadap Allah dalam menghadapi ujian tersebut?”. “Beliau tetap dalam keadaan sabar, tetap bersyukur kepada-Nya dan terus memuji-Nya”. Kemudian aku berkata kepadanya: ”Sesungguhnya putramu yang engkau perintahkan kepadaku untuk mencarinya telah wafat, ia telah dimangsa binatang buas hingga tubuhnya telah dimakan oleh bintang buas tersebut. Semoga Allah memberikan pahala yang besar bagimu, dan tetap menjadikanmu seorang yang terus bersabar”. Ia berkata: ”Segala puji bagi Allah yang telah memberikan keturunan kepadaku yang tidak melakukan maksiat kepada-Nya hingga ia tidak dibakar oleh neraka-Nya”. Kalimat ini adalah kata-kata terakhir yang keluar dari mulutnya, kemudian orang tersebut menarik nafasnya satu kali tarikan, dan ternyata ia wafat saat itu juga. Aku berkata: ”Inna Lillah Wa Inna Ilayhi Raji’un, kali ini aku benar-benar telah mendapatkan musibah besar. Sekarang apa yang hendak aku lakukan terhadap jasad orang ini? Jika ia aku tinggalkan maka ia akan dimangsa binatang buas, dan jika aku tetap berada di sini maka aku tidak dapat melakukan suatu apapun untuk mengurusnya”. Saat itu, karena menjelang malam, maka kemudian aku menyalakan sebuah lilin yang kebetulan berada di dekat orang tersebut. Lalu aku duduk di samping kepalanya dalam keadaan menangis dan dalam kebingungan. Saat aku duduk dalam keadaan yang sangat memilukan itu, secara tiba-tiba datang empat orang masuk ke dalam kemah. Mereka berkata: ”Wahai Abdullah, apa yang terjadi pada dirimu? Bagaimana keadaamu? Bagaimana kisahnya bisa terjadi seperti ini?” Kemudian aku ceritakan kepada mereka prihal diriku dan orang yang ada di hadapan diriku tersebut. Mereka berkata: ”Bukalah penutup wajahnya, mungkin kami mengenal orang ini”. Lalu aku membuka penutup wajah orang tersebut. Tiba-tiba mereka merangkul jasad orang tersebut, mereka menciumi kedua matanya, dan menciumi kedua tanganya. Mereka melakukan itu berulang-ulang. Mereka berkata: ”Demi Allah, inilah mata yang tidak pernah melihat perkara-perkata yang diharamkan oleh Allah, dan inilah tubuh yang setiap malamnya terus melakukan sujud kepada-Nya di mana seluruh manusia dalam keadaan tertidur pulas”. Aku berkata: ”Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya bagi kalian, sebenarnya siapakah orang ini?”. Mereka berkata: ”Ini adalah Abu Qilabah al-Jarmiy, beliau adalah teman sahabat Abdullah ibn Abbas, beliau adalah seorang yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Dia malam itu pula lalu kami memandikannya, menkafaninya, menshalatkannya, dan menguburkannya. Kemudian kami pulang. Empat orang tersebut pulang ke tempat mereka masing-masing, dan aku pulang ke tempatku di wilayah perbatasan. Saat malam mulai larut, aku mendatangi tempat tidurku untuk istirahat, aku rebahkan kepalaku, lalu aku tertidur. Tiba-tiba dalam tidurku aku bermimpi melihat Abu Qilabah sudah berada di dalam taman surga, di atas kepalanya beliau mengenakan dua mahkota dari mahkota-mahkota surga, aku mendengarnya mengumandangkan firman Allah: سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّار (الرعد: 24) ”Balasan keselamatan (surga) bagi kalian terhadap sikap sabar kalian, dan itu (surga) adalah sebaik-baiknya tempat tinggal” (ar-Ra’ad: 24). Aku berkata kepadanya: ”Bukankah engkau sahabatku tadi?”. Ia menjawab: ”Benar”. ”Bagaimana engkau mendapatkan segala kenikmatan dan kesenangan ini?”. Beliau menjawab: ”Sesungguhnya ada beberapa derajat yang sangat tinggi yang tidak dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun, kecuali kepada seorang yang benar-benar bersabar saat ia mendapati musibah dan benar-benar bersyukur saat ia mendapatkan karunia-Nya, disertai dengan rasa takut kepada-Nya; baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak”. (Diriwayatkan oleh Imam Ibn Hibban dalam Kitab ats-Tsiqat, j. 5, cet. Haidarabad India)

Blogroll

Blogger templates

About